Sejarah Perkembangan dan Teori Manajemen Saat Ini (Era Modern)

Assalamualikum  wr. wb halloo teman - teman semua bertemu lagi bersama kang Fadzilah hari ini kang fadzilah mau berbagi materi soal perkembangan dan teori manajemen saat ini. sudah pastinya untuk mempersingkat waktu silahkan dibaca dan dipahami.

Apa yang telah dikenalkan oleh Owen dan Babbage pada akhir abad 19 memberikan kontribusi yang berharga bagi para praktisi manajemen bahwa organisasi bisnis perlu dikelola secara benar, terutama jika organisasi tersebut berskala besar dan melibatkan banyak sekali orang dan sumber daya yang harus dikelola. Kontribusi Owen dan Babbage seolah telah membukakan mata para praktisi bisnis pada saat itu bagaimana seharusnya bisnis dijalankan. Bermunculan pula setelah itu berbagai teori-teori dalam ilmu manajemen.
Perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori (Tim Dosen Administrasi Pendidikan: 2009) adalah sebagai berikut:

a.       Teori Manajemen Aliran Klasik
          Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
          Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah” dengan karyanya “scientific management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang dikembangkan Taylor adalah:
1.      Pengembangan metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal.
2.      Seleksi ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas dan tanggung jawab sesuai keahlian.
3.      Pendidikan dan pengembangan karyawan.
4.      Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.

          Teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah melalui studi gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional, system tariff berbeda yaitu karywan yang lebih produktif dan efisien mendapatkna gaji lebih besar dari yang lainnya.
          Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik sebagai teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi yang popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.

b.      Teori Manajemen Organisasi
          Henry Fayol merupakan tokoh teori manajemen organisasi yang dikenal dengan julukan Bapak teori manajemen modern. Dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan Umum) Fayol membagi aktifivtas-aktivitas industrial dalam enam klompok yaitu teknikal, komersial, financial, keamanan, kepastian, akunting dan manajerial. Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen yaitu:
1)      Pembagian kerja
2)      Wewenang
3)      Disiplin
4)      Kesatuan perintah
5)      Kesatuan pengarahan
6)      Meletakan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7)      Balas jasa/imbalan
8)      Sentralisasi
9)      Rantai scalr/khirarki
10)  Order/susunan
11)  Keadilan
12)  Stabilitas staf organisasi
13)  Inisiatif
14)  Esprit de corps (semangat korps)
    Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.

c.        Teori Aliran Perilaku (1924-1940)
          Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan Western Electric dengan temuan bahwa kelompok kerja informal lingkungan sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.
          McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu manusia X dan manjusia Y atau lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia tipe X adalah manusia yang harus selalu diawasasi agar mau melakukan usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia bersemangat bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan sekalipun.
          Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia dalam manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, Edgar Schein.
          Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1)      Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2)      Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk pencapaian tujuan organisasi.
3)      Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
d.         Teori Manajemen Kontemporer.
Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka, dimana pendekatan-pendekatan tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa perkembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan pendekatan baru dalam manajemen :

1. Pendekatan Sistem (1940-sekarang)
          Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan dalam “the functions of the executive” bahwa tugas manajer adalah menyarankan pendekatan sistem sosial komprehensif dalam aktifitas “managing”.
          Komponen-komponen/bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terika, memperngaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu harus disadari bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya. Dengan demikian berpikir dan bertindak system berarti tidak memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara sinergi.
          Sinergi berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari bagian-bagiannya. System yang sinergi adalah tiap-tiap unti atau bagian-bagian bekerja dengan serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh dan bertanggung jawab terhadap kemajuan system secara umum.
          Sistem memiliki makna bahwa (1) suatu system terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait satu dengan yang lainnya, (2) bagian-bagian yang saling hubung itu dapat berkerja dan berfungsi secara independent atau bersama-sama, (3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan umum dari keseluruhan (sinergi), (4) suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang saling hubung tersebut berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.

2.      Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situsional (1950-sekarang)
          Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan kauantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai.

3.    Aplikasi Manajemen Terhadap Pendidikan
            Sejak zaman orde lama, orde baru sampai sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional kita masih belum mempunyai perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan. Mengenai mutu pendidikan menurut Paul Suparno adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana. Termasuk pemerataan pendidikan adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan formal di sekolah. Sedang persoalan manajemen pendidikan adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan seperti otonomi pendidikan, birokrasi, dan transparansi agar kualitas dan pemerataan pendidikan dapat terselesaikan. karena bagaimanapun juga ketika sebuah intitusi pendidikan tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana yang dirasakan dalam sistem manajemen pendidikan kita dewasa ini. Seperti halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokoh-tokoh manajemen, yaitu (POAC) Planning, Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem manajemen yang sangat luar biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna.
Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan sekurang-kurangnya berisi faktor-faktor biaya, pengelola, institusi, dan sistem manajemennya. Sistem manajemen pendidikan kita (era orde lama dan orde baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat), sebagaimana kita tahu bahwa suatu sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak untuk inovasi sangat terbatas. Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh dikatakan menjadi hilang karena segala sesuatu telah ditentukan menurut garis-garis yang ditentukan. Sehingga apa yang diinginkan daerah (lembaga pendidikan) tidak tercapai karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya adalah jumlah out-put banyak namun itu menambah pengangguran yang banyak pula.
Pada era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seiring dengan bergulirnya otonomi daerah. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa Inggris disebut ”School Based Management” merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien.
Disamping itu dalam sebuah sekolah, tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler maupun ekstra-kurikuler, akan tetapi terletak pada pengajarnya. Sekolah merupakan kebersamaan bersemuka, tempat hubungan personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat berkembang. Tanpa persahabatan ragam itu banyak kekuatan dari pendidikan dan pengajaran akan menghilang. Hubungan saling percaya dan persahabatan otentik antara pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari komitmen kepada nilai-nilai. Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup manajemen yang baik, dan ini menurut J. Drost, SJ akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Prinsip Aliran Manajemen Modern
Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksakta lainnya dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR
Tim” ini antara lain di bidang transportasi dan komunikasi. Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modern Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada para manajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting
Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-masalah sosial individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian
Proses perkembangan teori manajemen dilihat dari lima sisi yaitu :

1. Dominan
yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain. Pengkajian dari masing-masing aliran masih dirasakan bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen.

2. Divergensi
yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkembang sendiri-sendiri tanpa memanfaatkan pandangan aliran-aliran lainnya.

3. Konvergensi
menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga batas antara aliran menjadi kabur. Perkembangan seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun bentuk pengembangannya tidak seimbang karena masih terlihat bentuk dominan dari satu rnazhab terhadap yang lain.

4. Sintesis
berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari aliran-aliran seperti yang kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan kontingensi.

5. Proliferasi
merupakan bentuk perkembangan teori manajemen dengan munculnya teori-teori manajemen baru yang memusatkan perhatian kepada satu permasalahan manajemen tertentu.
Tingkatan manajemen dalam organisasi dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda :

1. Manajer lini pertama
Tingkat paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional disebut manajemen lini (garis) pertama.

2. Manajer menengah
Manajemen menengah dapat meliputi bebrapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadang-kadang juga karyawan operasional.

3. Manajer puncak
Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi.

Beberapa alasan untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan ilmu manajemen yang akan diuraikan di bawah ini yaitu antara lain:

1.) Membentuk pandangan kita mengenai organisasi.sehingga kita tertarik untuk mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk kepada kita di mana kita mendapatkan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya.

2.) Membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha. membuat kita dapat memahami bahwa setiap teori itu berdasarkan lingkungannya yaitu ekonomi, sosial, politik dan pengaruh teknologi yang dirasakan pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tertentu.

3.) Kita bisa mempelajari evolusi manajemen membantu memahami proses dasar sehingga dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Dengan adanya pengetahuan ini kita bisa rnenerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda

4.) Merupakan sumber ide baru. Mempelajari perkembangan teori manajemen memungkinkan kita pada suatu kesempatan mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari.

Fungsi manajemen
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Beliau menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:

1.) Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2.) Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3.) Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan

4.) Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.


Era Modern
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) pada abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.[9] Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran.[9] Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.

Sejarah Manajemen di Indonesia
Manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia ada. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan arsitek Mesir Kuno mewujudkan karyanya berupa piramid Cheops. Pembangunan piramid yang melibatkan ratusan ribu tenaga kerja tidak akan terwujud tanpa adanya manajemen yang baik. Hanya saja istilah manajemen baru muncul pada tahun 1886. Di Indonesia, manajemen sudah dipraktikkan pada masa pra sejarah. Adanya Candi Borobudur pada abad ke-8 dan Candi Prambanan pada abad ke-9 merupakan bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia.
Pertumbuhan manajemen meliputi tiga fase yaitu
1)      Fase pra sejarah, yang berakhir pada tahun 1.
2)      Fase sejarah, yang berakhir pada tahun 1886
3)      Fase modern, mulai 1886 sampai sekarang.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah ada perkembangan sistem manajemen indonesia?. Bagaimanakah perkembangan manajemen di Indonesia?. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mendapatkan jawaban yang tidak pasti. Ada yang mengatakan bahwa Indonesia punya sistem manajemen yang ada sejak zaman dahulu kala, sebagai warisan akar budaya bangsa oleh Raja-Raja Nusantara yang dapat kita sebut dengan sistem manajemen partisipatif; salah satu contohnya adalah gotong royong. Ada juga yang mengatakan bahwa sistem manajemen Indonesia sangat dipengaruhi oleh negara-negara yang pernah menjajah; Belanda dan Jepang. sistem pemerintahan dengan DPR dalam perumusan kebijakan publik adalah salah satu contoh dari birokrasi top-down yang dianut oleh VOC. Jepang sejak menduduki Indonesia telah membuat sistem pengklusteran dengan sistem manejemen bottom-up contohnya dengan membentuk organisasi masyarakat dari tingkat bawah hingga tingkat atas.
Ada penulis yang mencatat sejarah perkembangan manajemen diawali dari pra industrialisasi, ada yang mengawalinya sejak aliran klasik dan ada juga yang memulai dari manajemen ilmiah. Demikian juga jika kita lihat dari banyaknya aliran atau periode manajemen, ada yang menuliskan tiga periode, empat periode dan lebih dari empat periode. Di samping itu, pengelompokkan penulis yang termasuk di dalam setiap periode atau aliran juga bermacam-macam. Penulis empat periode atau aliran sejarah perkembangan manajemen mengatakan bahwa dimulai dari aliran manajemen klasik, behavioristik, model sistem, dan hubungan manusia atau neo-klasik.
Berbagai pandangan mengenai sistem manajemen yang sedang digunakan di Indonesia, belum ada yang menyatakan model yang pas mengenai sistem (Style) manajemen yang asli dan khas Indonesia, bila dibandingkandengan Jepang, Cina atau Amerika dan negara-negara Eropa yang tampaknyasudah menemukan bentuk sistem manajemen yang dijalankannya.
Meskipun demikian bukan berarti bahwa pengelolaan administrasi negara dan bisnis selama ini di Indonesia tidak memakai konsep manajemen. Para pimpinan administrasi negaradan pimpinan perusahaan telah mengadopsi bentuk menajemen. Apalagi kalau kita mengikuti pola dan jalan pikiran Peter F. Drucker (1977: 7),manajemen menyandang fungsi sosial. Manajemen tidak dapat dipisahkan darimasyarakat atau bagian dari masyarakat yang dilayaninya, sehingga tak terlepasdari kaitan budaya (kultur) yang disandang oleh masyarakat yang dilayaninya. Kulturitu bahkan tampil sebagai bagian terpadu dalam keseluruhan manajemen tersebut.
Merujuk dari pemikiran Peter F. Drucker di atas, sesuatu yang pasti bahwa Indonesia punya budaya (cultur) oleh karena itu ‘pasti’ punya nilai-nilai dasar manajemen. Sehingga menjadi sangat mendesak (urgent) untukmengembangkan kekuatan imbangan yang ada pada nilai-nilai budaya bangsaIndonesia, yaitu pengembangan manajemen yang berciri khas Indonesia. Karena bangsa Indonesia sedang menghadapi banyak masalah akibat ‘salah urus’ (mis-management)dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ditandai oleh merajalelanya kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) di hampir semua segi. Pada saat yang sama, Indonesia juga harus berkompetisi dengan negara-negara lain dalam upaya menghadapi peradaban atau tuntutan global.
Menemukan sistem manajemen dari akar budaya dan karakter dasar bangsa Indonesia hampir dipastikan dapat lebih efektif dan efisien, jika dibanding dengan negara-negara yang telah melaksanakannya seperti; Jepang, Cina, Eropa, dan amerika. Kita jangan lagi mengadopsi sistem manajemen dari luar yangsebenarnya tidak semua cocok untuk diterapkan Indonesia, sehinggamengakibatkan kegagalan pengelolaan. Berhasinya manajemen Indonesia, sangattergantung dari cara penyaringan berbagai budaya (suku/etnis) yang ada dimasyarakat Indonesia serta penerapannya dalam kehidupan organisasi.
Namun ada juga pendapat beberapa ahli manajemen yang menyatakan bahwa tak ada satu sistem pun yang paling baik. Jauh lebih efektif bila anda menggunakan beberapa sistem manajemen, dimana sistem itu disebut dengan “manajemen situasional”. Dalam implementasinya oleh para leadership, pendekatan ini dikenal dengan “situational leadership” atau kepemimpinan situasional.
Kepemimpinan situasional, manajer dianjurkan untuk mengubah-ubah sistem kemanajemenannya tergantung pada jawaban atas dua pertanyaan berikut: 1) Seberapa kompeten karyawan anda menyelesaikan tugas-tugasnya?. 2) Seberapa mandiri karyawan anda melakukan tugas-tugasnya sendiri?. Keefektifan dari seorang manajer tidak ditentukan oleh sistem apa yang cocok bagi dirinya, melainkan apakah sistem manajemen tersebut cocok bagi karyawannya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Fiedler dalam Budi Paramita (1992), “tampaknya akan lebih memenuhi harapan apabila kita senantiasa belajar mengetahui situasi dimana kita dapat menunjukkan prestasi terbaik, yaitu dengan memodifikasi situasi untuk menyesuaikan sistem kepemimpinan kita”. Oleh karena itu Fiedler tertarik untuk mengembangkan falsafah perekayasaan organisasi (organizational engineering) didalam manajemen, dengan prinsip “lebih mudah mengubah lingkungan kerja seseorang ketimbang mengubah kepribadian atau sistem seseorang dalam berhubungan dengan orang lain”.
Manajemen situasional yang diterapkan dalam pendekatan sistem kepemimpinan situasional terdiri dari empat macam sistem: (1) Directing atau pengarahan, (2) Cosultative atau coaching atau konsultasi/ bimbingan, (3) Supporting/dukungan, dan (4) Delegating/ delegasi.

DAFTAR PUSTAKA

Komentar

  1. terima kasih atas artikelnya . sangat bermanfaat sekali . please visit my blog http://rahezaprayudita.blogspot.co.id/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Path Guitar Flash - Update

Review Game Guitar Flash